Gunungkidul Desember 2018
Assalamualaikum wr wb
Semoga kita selalu dalam lindungan
Alloh SWT dan selalu pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan ke[pada kita
semua. Saya akan menuliskan tentang
Puthul dengan beberapa cuplikan tulisan
terdahulu dan perhitungan dengan asumsi
beserta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Gunungkidul dengan berbagai pengalaman
pribadi saya sebagai penikmat Puthul.
Hama uret yang
paling merugikan pada fase larva karena pada fase ini
aktif menyerang perakaran tanaman padi. Gejala serangan yang
ditimbulkan hama uret yaitu tanaman padi kelihatan layu dan tanaman mudah
dicabut karena sebagian atau seluruh akar dimakan.
Hama uret merupakan
Famili Scarabaeidae Sub Famili Melolonthinae dari ordo Coleoptera yang mempunyai siklus hidup sempurna (metamorfose
sempurna) dari telur, larva (uret), kepompong dan serangga dewasa/kumbang
(puthul).
Salah satu spesies
uret yaitu Phyllophaga helleri (puthul, katimumul -Jabar):
Imago mempunyai
panjang tubuh 1,2 – 1,4 cm. Warna merah coklat. Jumlah telur antara 15 – 60
butir. Fase Uret ada pada kedalaman 5 –
20 cm. Telur menetas menjadi uret bersamaan dengan perkecambahan
Padi Gogo. Uret muda memakan humus. Merusak tanaman Padi,
Jagung, Kacang Tanah, Cabe dan tanaman budidaya
lainnya.
SIKLUS HIDUP URET
Puthul meletakkan
telur ke tanah pada kedalaman 5 - 20 Cm (1
– 2 minggu) dengan ukuran kecil berwarna putih bening. Telur diletakkan pada
tempat yang sesuai dengan kebutuhan uret sehingga uret dapat berkembang dengan
baik, yaitu tempat yang banyak mengandung bahan organik, banyak seresah dan
tanah yang remah. Telur menetas dalam waktu 1- 2 minggu.
Fase Uret (4 –
6 bulan)sangat merugikan karena aktif merusak akar tanaman. Setelah telur
menetas, uret kecil mulai aktif makan bahan organik atau seresah selama 1 - 2
minggu. Uret
mulai menyerang akar tanaman padi pada umur 2 minggu sehingga tanaman layu.
Saat aktif menyerang, uret ada pada posisi bagian punggung di bawah dan dalam
keadaan tidak aktif posisi punggung uret di bagian atas. Setelah umur cukup,
uret menuju kedalaman tanah kurang lebih 10-30 Cm dan biasanya ditemukan pada
pinggiran pematang. Lamanya uret dalam tanah, berkisar kurang lebih 4 - 6
bulan. Bila situasi tidak menguntungkan misal suhu tidak sesuai atau sangat
kering, uret dapat mengalami proses inaktif yang disebut berdiapause. Uret
merusak dengan cara memakan bagian akar, pangkal batang pada saat
fase vegegatif tanaman karena tanaman masih empuk.Tanaman yang terserang
memperlihatkan gejala kelayuan pada tanaman dan mudah dicabut karena akar
sebagai penahan telah dimakan uret.
Biasanya kepompong (2
bulan) dapat ditemukan pada saat musim tanam berikutnya di dalam tanah pada
kedalaman 15-30 Cm. Kepompong dapat bertahan dalam tanah sampai umur 2 bulan.
Setelah adanya kelembaban yang cukup, larva inaktif dan kepompong akan
berkembang menjadi puthul.
Puthul akan muncul (selama
1 bulan) pada kondisi kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan
kepompong. Kondisi kepompong belum aktif dapat ditemukan pada tanah kedalaman
20-30 Cm. Pada kondisi kelembaban yang cukup, kepompong akan berubah menjadi
puthul sehingga pada hujan pertama dengan curah hujan yang cukup lembab, puthul
akan keluar untuk terbang mencari pasangannya untuk kawin. Pada musim penghujan
pertama, merupakan pesta-pora bagi hama puthul untuk kawin, setelah itu
meletakkan telur pada tanah-tanah yang gembur. Umumnya umur puthul kurang lebih
30 hari dan biasanya aktif pada malam hari antara pukul 18.00-20.00.
CARA PENGENDALIAN
Prinsip dalam
pengendalian hama uret dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu
memadukan berbagai teknik pengendalian yang disesuaikan kondisi setempat,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, ekologis,ekonomis dan
sosial dengan cara:
1. Pengolahan Tanah
Melakukan pengolahan tanah dengan kedalaman 30 Cm sehingga larva yang berdiapause dan kepompong dapat keluar,dikumpulkan serta dimusnahkan sehingga akan mengurangi populasi hama uret. Di samping itu hama uret akan terkena alat pengolah lahan dan kena sinar matahari sehingga akan mati.
Melakukan pengolahan tanah dengan kedalaman 30 Cm sehingga larva yang berdiapause dan kepompong dapat keluar,dikumpulkan serta dimusnahkan sehingga akan mengurangi populasi hama uret. Di samping itu hama uret akan terkena alat pengolah lahan dan kena sinar matahari sehingga akan mati.
2.
Penggenagan
Melakukan penggenangan lahan persawahan pada
saat banyak hujan dengan membuat pematang untuk menampung air yang ada pada
persawahan. Dengan adanya air di persawahan, uret di dalam tanah akan mati. Di
samping itu pada lahan persawahan ditaburi kapur.
3. Budidaya yang baik
Melakukan budidaya
tanaman yang sehat dengan pemupukan mengandung unsur N,P dan K sehingga kondisi
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian ketahanan tanaman akan kuat
sehingga kurang disukai uret.
4. Menggunakan agensia
Hayati
Menggunakan agensia hayati Metharizium sp. untuk mengendalikan uret yang terdapat dalam tanah.
Menggunakan agensia hayati Metharizium sp. untuk mengendalikan uret yang terdapat dalam tanah.
5. Penggunaan
Pestisida konvensional
Penggunaan pestisida yang biasa digunakan salah satu
contoh adalah Karbofuran (Penulis tidak
menganjurkan untuk digunakan )
Pernahkah anda
menggunakan karbofuran?
Jika furadan?
Furadan biasanya
digunakan untuk mengantisipasi tanaman yang terserang serangga seperti semut,
uret dan nematoda lainnya. Semut yang membentuk koloni dan sarang biasanya
membuat daun menjadi keriput dan tanaman tampak tidak sehat. Penanggulangannya
biasa dilakukan dengan menaburi furadan di sekitar akar tanaman. Lalu, apa
hubungan Furadan dan karbofuran? Karbofuran adalah salah satu pestisida
karbamat (pestisida yang mengandung gugus karbonat) yang sangat beracun,
karbofuran juga biasa di kenal dengan nama furadan.
Karbofuran ini
digunakan untuk mengendalikan serangga di berbagai tanaman dalam pertanian
seperti padi, jagung, dan kedelai.
Karbofuran ini
digolongkan kedalam insektisida
sistemik, yang maksudnya insektisida ini diserap melalui akar
tumbuhan kemudian didistribusikan ke seluruh organ tumbuhan di mana konsentrasi
insektisida tercapai. Karbofuran juga memiliki aktivitas kontak terhadap hama. Namun,
ternyata karbofuran ini sulit terurai d dalam tanah dan sifat racunnya tetap
berbahaya. Bahkan, cacing yang memakan serpihan daun yang masih mengandung
karbofuran pun ikut mati. Lebih bahayanya lagi, jika termakan oleh manusia bisa
terakumulasi menyebabkan kanker.
6.
Penangkapan Masal (Nyuluh Puthul)
Penangkapan massal dimulai
saat musim penghujan pertama yaitu pada kondisi kelembaban yang cukup untuk
perkembangan kepompong menjadi puthul. Penangkapan puthul (nyuluh Puthul)
dilakukan sekitar pukul 17.45 s/d 18.15 saat itu puthul mulaii keluar dan kawin (berpasangan)
menempel di berbagai tanaman di sekitar sumber puthul berada. Menurut
pengalaman Puthul banyak terdapat di sekitaran sungai, sawah dan telaga yang
pada saat musim kemarau di lokasi-lokasi tersebut masih ada tanaman yang hijau
seperti rumput pematang, rumput gajah dan tanaman lainnya.
Nyuluh puthul saat
jam yang tepat (18.45-18.15) akan dapat menangkap lebih banyak karena purhul keluar
dari persembumyiaannya biasanya mengumpul berpasangan di seputaran lokasi
tersebut dengan waktu yang singkat sekitar 15 – 30 menit (nempel pada bagian
tanaman apa saja pada ketinggian 50 cm s/d 2 meter), setelah itu puthul akan pisah dan terbang menjauh dari lokasi untuk
makan di dedaunan yang disukai (Tayuman, pohon pisang, jambu mete dll pada
ketinggian 1 s/d 3 meter)dan pagin hari akan bersembunyi kembali di tanah.
Hasil tangkapan
Puthul diolah dengan digoreng dengan bumbu sesuai selera dan dimakan bersama
nasi atau pun bisa untuk camilan teman wedangan kopi atau teh.
di samping dapat
juga dipergunakan sebagai makanan. Cara tersebut sangat efektif dan efisien
dalam mengendalikan hama uret karena murah dalam pengendalian dan puthul yang
tertangkap sangat banyak.
PEMBAHASAN
Beberapa jenis Pengendalian
yang disebutkan di atas antara laim :
1.
Pengolahan tanah di Gunungkidul sudah biasa dilakukan
tetapi perlu pengendalian yang lainnya,
2.
Penggenangan air untuk sebagian besar di wilayah
gunungkidul adalah lahan kering, hanya bisa dilakukan pada lahan persawahan atau
pada lahan kering dengan curah hujan yang memadahi dan perlakuan ini hanya
berlaku untuk tanaman padi, sedang tanaman yang lain seperti jagung, kedele dan
hortikultura tidak bisa diterapkan.
3.
Penerapan prinsip budidaya yang baikl (Good Agricultural
Practices)
4.
Pembuatan agensia hayati memerlukan ketrampilan dan
keahlian khusus yang harus dimiliki petani.
5.
Penggunaan Insektisida kimia saat ini sesuai tuntutan
perkembangan gaya hidup yang lebih sehat harus dikurangi.
6.
Penangkapan Puthul (Nyuluh Puthul)
Dari hasil survey
kasar yang dilakukan oleh penulis, gerakan nyuluh puthul yang dilakukan selama
musim hujan ini berlangsung sekitar 20 hari melibatkan kurang lebih 50 orang (tempat
berpencar) pada seputaran lahan sekitar 100 hektar dapat menangkap puthul stengah s/d satu botol
air mineral 1 liter dengan perkiraan isi 500-1000 ekor puthul .
Apabila dihitung
rata-rata puthul yang tertangkap selama 20 hari oleh 50 orang maka puthul akan
tertangkap sekitar : (20 x 50 x (500+1000) = 750.000 ekor puthul
2
Apabila 1 ekor
Puthul bertelur sekitar 35 butir maka 50 orang tersebut dapat mengendalikan
potensi hama uret sebanyak 35 x 750,000 = 26.250.000 ekor uret.
Satu ekor uret bisa
mengganggu sampai mematikan satu rumpun tanaman padi sehingga penangkapan
puthul tersebut bisa menekan jumlah uret sebesar 26,25 juta puthul, dan apabilla
diasumsikan seluruh uret tersebut menyerang tanaman padi maka 26,25 juta rumpun
akan terganggu. Apabila pertanaman padi menggunakan metode jajar legowo 2:1
dengan jarak tanam 20x10x40 maka per
hektar terdapat tanaman padi 330 ribu rumpun, sehingga 26,25 juta rumpuns etara
dengan pertanaman padi seluas 79,5 hektar.
Seandainya
produktivitas per hektar padi tersebut
menghasilkan 5 ton makan pada lahan 79,5 hektar akan menghasilkan 397,7 ton dan
jika diujudkan dalam bentuk uang (Rp.5.000,-/Kg) à Rp. 1,988.000,000,- (hampir 2 Milyar).
KESIMPULAN
Nyuluh
puthul ternyata dapat mengurangi
penggunaan pestisida (menekan biaya) juga dapat menekan
pengurangan hasil yang cukup siknifikan à Gila ndak kalo begitu??
Puthul
dimakan enak (meski extrim) juga dapat menekan kerugian petani juga. Kecuali itu
nyuluh puthul menyenangkan dan sambil berolahraga.
TAHUN DEPAN KITA
NYULUH PUTHUL LAGI YA KAWAN !!!!!!
Wassalamualaikum
wr wb
Daftar
Pustaka
1. Tjahyadi,
Nur. 1999. Hama & Penyakit Tanaman.
2. Web :
http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/akibat-dan-pengendalian-hama-uret.html