Kamis, 11 September 2014

POLA KONSUMSI PANGAN GUNUNGKIDUL 2011



I.      PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Permasalahan yang dihadapi oleh para petani di Gunungkidul antara lain luas kepemilikan lahan yang sempit, keterampilan petani, teknologi, modal, mental petani, kebijakan yang terkait dengan nasib petani, pasar, tata niaga dan informasi yang asimetris. Hal ini berdampak pada rendahnya pendapatan petani. Dampak lanjutan dari hal tersebut adalah harapan untuk menggantungkan hidup dari sektor pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan dari semakin menurunnya pemuda yang mau menekuni bidang pertanian sebagai profesi untuk mengembangkan kemampuan dan keahliannya. Kondisi ini jelas akan menghambat tercapainya kondisi ketahanan pangan yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas dan dengan pertimbangan bahwa pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam memenuhi hajat hidup, maka harus diciptakan kondisi dimana masyarakat mampu mengakses bahan pangan dalam kondisi yang berubah-ubah atau dengan kata lain terwujud ketahanan pangan yang cukup tangguh. Untuk itu diperlukan perhatian dan langkah-langkah konkrit secara terpadu yang segera dapat dilaksanakan sehingga diharapkan terjadi perubahan yang cukup signifikan. Pertimbangan lain yang menjadi dasar sehingga pertanian harus mendapat perhatian yang besar adalah terjadinya krisis pangan yang terjadi selama ini. Krisis pangan pada saat ini terjadi dalam kaitannya dengan harga yang tinggi untuk beberapa bahan pangan, yaitu gandum, kedelai, beras, jagung, produk turunan susu, tanaman untuk minyak, serta daging. Krisis ini dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat di Gunungkidul, terutama para petani. Hal ini dapat diminimalisir apabila kita mampu menyediakan beberapa bagian atau seluruh kebutuhan pangan tersebut. Apabila kondisi ini telah dicapai maka kita dapat dikatakan telah berdaulat di negeri kita sendiri atas pangan yang kita butuhkan. Sehingga apabila ada perubahan-perubahan atas kondisi pangan, kita tidak akan mengalami dampaknya.
Pangan merupakan kebutuhan manusia sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Dalam perkembangan peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup yang maju, mandiri, dalam suasana tenteram serta sejahtera lahir dan batin semakin dituntut penyediaan pangan yang cukup, berkualitas dan merata. Kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat srategis (Anonim, 2004)

Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan merupakan suatu tuntutan yang  tidak dapat ditawar-tawar lagi, sebagai akibat dampak pemanasan global, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, ketergantungan pangan khususnya pada beras sangat besar, pola makan yang belum beragam, bergizi, berimbang, dan aman serta perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi pangan. Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan  beragam, bergizi, berimbang dan aman  guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. 
Tingkat konsumsi pangan rata-rata penduduk Indonesia tahun 2009, diukur dari rata-rata konsumsi energi sebesar 1.927 kkal/kap/hari dan protein sebesar 54,35 gram/kapita/hari sudah mendekati ideal WNPG (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi) VIII tahun 2004 energi sebesar 2.000 kkal/kap/hari dan protein 52 gram/kapita/hari. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat keanekaragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat adalah skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2009 sebesar 75,7 dari target  95 pada tahun 2015.
Secara konseptual penganekaragaman pangan dapat dilihat dari komponen-komponen sistem pangan, yaitu penganekaragaman produksi, distribusi dan penyediaan pangan serta konsumsi pangan. Penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diperlukan suatu parameter. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH).
Dalam hal konsumsi pangan, permasalahan yang dihadapi tidak hanya mencakup keseimbangan komposisi, namun juga masih belum terpenuhinya kecukupan gizi. Selama ini pangan yang tersedia baru mencukupi dari segi jumlah dan belum memenuhi keseimbangan yang sesuai dengan norma gizi. Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka kebijakan pemantapan ketahanan pangan melalui pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH) dengan penerapan konsep PPH sebagai pendekatan perencanaan kebutuhan konsumsi dan penyediaan pangan dalam pembangunan pangan guna mewujudkan ketersediaan pangan yang berbasis sumberdaya lokal dan dapat dinyatakan dalam bentuk komposisi energi (kkal) keaneragaman pangan, dalam komposisi berat (gram) keaneragaman pangan yang memenuhi kebutuhan gizi penduduk. Pola Pangan Harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan ideal untuk hidup sehat, aktif dan produktif.
Adapun faktor-faktor konsumsi pangan keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan ibu rumah tangga sebagai perencana menu keluarga, dimana ibu rumah tangga yang berpendidikan lebih tinggi dengan tingkat pengetahuannya cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam mutu dan jumlah dibandingkan dengan keluarga yang berpendidikan yang lebih rendah (Khumaedi, 1992). Untuk tingkat pengetahuan seseorang yang tingkat pengetahuan gizinya tinggi cenderung memilih makanan yang lebih murah dengan nilai gizi yang tinggi (Husaini,1986). Sedangkan untuk pengeluaran pangan keluarga mencakup untuk pangan pokok, lauk pauk, sayur, buah, susu, minyak goreng, bumbu, dan jajanan keluarga (termasuk jajanan anak sekolah)

B. Tujuan

1.    Mengetahui skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Gunungkidul tahun 2011.
2.    Mengetahui prediksi skor Pola Pangan Harapan (PPH)  pada tahun 2011 sampai dengan 2015.
 

II.                PELAKSANAAN

A.. Lokasi Survey
            Survey dilakukan terhadap 9 (Sembilan) kecamatan masing-masing kecamatan 3 desa seperti tersaji dalam tabel 1.

Tabel 1. Wilayah Desa Sasaran Survey Konsumsi Pangan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011

No
Kecamatan/ Desa
Karakteristik Agroekologi
Karakteristik Ekonomi
1
Kecamatan Purwosari
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang

11
Desa Giricahyo
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
12
Desa Giritirto
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
13
Desa Giripurwo
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
2
Kecamatan Semanu
Wilayah Lainnya
Wilayah Sedang

21
Desa Ngeposari
Wilayah Lainnya
Wilayah Sedang
22
Desa Semanu
Wilayah Lainnya
Wilayah Sedang
23
Desa Pacarejo
Wilayah Lainnya
Wilayah Sedang
3
Kecamatan Tanjungsari
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang

31
Desa Banjarejo
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
32
Desa Kemadang
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
33
Desa Kemiri
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
4
Kecamatan Girisubo
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang

41
Desa Nglindur
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
42
Desa Pucung
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
43
Desa Tileng
Wilayah Perikanan
Wilayah Sedang
5
Kecamatan Patuk
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang

51
Desa Nglanggeran
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
52
Desa Pengkok
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
53
Desa Patuk
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
6
Kecamatan Wonosari
Wilayah Lainnya
Wilayah Sedang

61
Desa Kepek
Wilayah Lainnya
Wilayah Sedang
62
Desa Wonosari
Wilayah Lainnya
Wilayah Sedang
63
Desa Baleharjo
Wilayah Lainnya
Wilayah Sedang
7
Kecamatan Ponjong
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang

71
Desa Sumbergiri
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
72
Desa Genjahan
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
73
Desa Sawahan
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
8
Kecamatan Nglipar
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang

81
Desa Kedungkeris
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
82
Desa Kedungpoh
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
83
Desa Nglipar
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
9
Kecamatan Semin
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang

91
Desa Kalitekuk
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
92
Desa Semin
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang
93
Desa Candirejo
Wilayah Pertanian
Wilayah Sedang

Pembagian wilayah menurut karakteristik agroekologi  seperti gambar 1, antara lain :
1.      Wilayah Pertanian pada 4 (empat) kecamatan antara lain Kecamatan Patuk, Ponjong, Nglipar dan  Semin.
2.      Wilayah Perikanan pada 3 (tiga) kecamatan antara lain Kecamatan Purwosari, Tanjungsari, dan Girisubo.
3.      Wilayah Lainnya pada 2  (dua) kecamatan antara lain Kecamatan Semanu dan Wonosari.


C. Metode Survey
Dalam memperoleh data sebagai bahan analisis Pola Pangan Harapan dilaksanakan melalui survey terhadap 270 Kepala keluarga di 27 desa. (setiap desa 10 sampel KK). Survey  dilaksanakan melalui wawancara terhadap kepala keluarga dan ibu rumah tangga sampel. Data yang diambil berupa menu makanan yang disajikan selama 1 (satu) hari sebelum hari wawancara. Petugas yang melakukan survey (surveyor) adalah petugas gizi  (Dinas Kesahatan Kabupaten Gunungkidul) di wilayah  sasaran.
Data survey yang diperoleh kemudian dianalisis dengan program yang telah disediakan oleh Badan Ketahanan Pangan Pusat. Hasil analisis menyajikan data seperti pada lampiran.

III. PEMBAHASAN

            Diversifikasi konsumsi pangan pada dasarnya memperluas pilihan masyarakat dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan cita rasa yang diinginkan dan menghindari kebosanan untuk mendapatkan pangan dan gizi agar dapat hidup sehat dan aktif. Hal ini memang sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, pengetahuan, ketersediaan, dukungan kebijakan dan faktor sosial budaya. Secara implisit, upaya diversifikasi konsumsi pangan dapat diidentifikasi dengan upaya perbaikan gizi untuk mendapatkan kualitas sumberdaya manusia yang mempu berdaya saing dengan negara-negara lain.
            Pola konsumsi pangan dari hasil survey tersebut masih belum sesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam PPH. Konsumsi energi dari kelompok padi-padian (beras, jagung dan terigu) di wialayah pertanian, wilayah perikanan  serta wilayah lainnya rata-rata sebesar 799,0 Kkal/Kapita/Hari atau  tingkat kecukupan energi sebesar 79,9% (konsumsi energi ideal kelompok padi-padian sebesar 1000,0 Kkal/Kapita/Hari). Pangsa energi dari umbi-umbian di wilayah perikanan sebesar 132,8  Kkal/Kapita/Hari lebih tinggi dari konsumsi energi ideal sebesar 120,0 Kkal/Kapita/Hari sedangkan di wilayah pertanian dan wilayah lainnya lebih rendah dibanding dari konsumsi energi ideal, hal ini karena wilayah perikanan berada di zone selatan yang mempunyai  pantai sekaligus merupakan penghasil utama ubi kayu Kabupaten Gunungkidul  dan berbagai jenis umbi-umbian lainnya, namun rata-rata konsumsi energi kelompok  umbi-umbian lebih tinggi dibanding konsumsi energi umbi-umbian ideal.
Pola konsumsi pangan di Kabupaten Gunungkidul masih lebih rendah dari Pola Pangan Harapan (PPH) ideal.  Kelompok pangan padi-padian,  hewani, minyak dan lemak, gula serta sayuran dan buah masih berada di bawah skor maksimal. Pola Pangan Harapan rata-rata hasil survey tahun 2011 mempunyai skor sebesar 80,1 (seperti dalam tabel 4) sedangkan skor maks sebesar 100. Dari ketiga wilayah survey yang mempunyai skor PPH tertinggi adalah wilayah pertanian,  karena wilayah pertanian lebih mampu menyediakan sebagian besar  pangan dari hasil kegiatan pertaniannya, sehingga pola konsumsi lebih beragam dibanding wilayah lainnya dan wilayah perikanan. Secara berturut-turut skor PPH wilayah pertanian sebesar 81,6; wilayah lainnya 78,9 dan wilayah perikanan 78,4. Angka Kecukupan Energi (AKE) rata-rata sebesar 1728,3 Kkal/Kap/Hari masih lebih rendah dibanding  dari Angka Kecukupan Energi (AKE) ideal (2000,0 Kkal/Kap/Hari) atau 86,4% AKE.

Tabel 4. Skor Pola Pangan Harapan Aktual Berdasarkan Survey Konsumsi Pangan  Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011.



Kelompok Pangan




Skor  Maks


Hasil Analisis
Skor PPH Rata-Rata
Skor PPH
Skor PPH
Skor PPH
Kalori

Wilayah Pertanian
Wilayah Perikanan
Wilayah Lainnya
(Kkal/Kap/ Hari)
%AKE*)
1.  Padi-padian
25
20,0
19,4
20,7
20,0
799,0
39,9
2.  Umbi-umbian
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
122,8
6,1
3.  Pangan Hewani
24
16,5
17,1
15,1
17,6
165,3
8,3
4.  Minyak dan Lemak
5
4,9
5,0
4,6
4,7
197,1
9,9
5.  Buah/Biji Berminyak
1
1,0
1,0
1,0
1,0
71,8
3,6
6.  Kacang-kacangan
10
10,0
10,0
10,0
10,0
210,7
10,5
7.  Gula
2,5
1,6
1,4
1,6
1,8
62,2
3,1
8.  Sayur dan Buah
30
23,6
25,3
22,9
21,3
94,4
4,7
9.  Lain-lain
0
0,0
0,0
0,0
0,0
5,1
0,3
Total
100
80,1
81,6
78,4
78,9
1728,3
86,4
*) Angka Kecukupan Energi    : 2000,0 Kkal/Kap/Hari

              Dalam konsep PPH, setiap kelompok pangan dalam bentuk energi mempunyai pembobot yang berbeda tergantung dari peranan pangan dari masing-masing kelompok terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sebagai contoh, pembobot pada kelompok padi-padian, umbi-umbian dan gula hanya 0,5 karena pangan tersebut hanya sebagai sumber energi untuk pertumbuhan manusia. Sebaliknya pangan hewani dan kacang-kacangan sebagi sumber protein yang berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai pembobot 2; sedangkan  sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral, serat, dan lain-lain mempunyai pembobot 5. Dengan mengalikan proporsi energi dengan masing-masing pembobotnya, maka dalam konsep PPH akan diperoleh skor sebesar 100. Dalam arti diversifikasi konsumsi pangan sesuai konsep PPH harus mempunyai skor 100 (seperti tabel 2).
              Tingkat   konsumsi   dan  kecukupan gizi   menurut  karakteristik   agroekologi wilayah tersaji pada gambar 2. Di wilayah pertanian konsumsi energi sebesar 1715,5 Kkal/Ka/Hari atau tingkat konsumsi sebesar 85,8 % AKE (Angka Kecukupan Energi); wilayah perikanan konsumsi energi sebesar 1742,5 Kkal/Ka/Hari atau tingkat konsumsi sebesar 87,1 % AKE; wilayah lainnya mempunyai  konsumsi energi sebesar 1732,9 Kkal/Ka/Hari atau tingkat konsumsi sebesar 86,8 % AKE.
Kecukupan dan tingkat konsumsi protein berturut-turut dari yang paling paling besar yaitu di wilayah perikanan sebesar 56,4 Gram/Kap/Hari atau 108,5 % AKP (Angka Kecukupan Protein); wilayah lainnya sebesar 53,4 Gram/Kap/Hari atau 102,7 % AKP; wilayah pertanian sebesar 50,8 Gram/Kap/Hari atau 97,7 % AKP, namun rata-rata tingkat konsumsi protein sudah di atas nilai kecukupan protein.



Sebaran keluarga terhadap tingkat konsumsi Energi secara total seperti dalam gambar 3, Sebanyak 16,3 % keluarga mempunyai tingkat konsumsi energi  kurang dari 70% AKE  ; 20,4 % keluarga mempunyai tingkat konsumsi energi  antara 70-80% AKE; 63,3 % keluarga mempunyai tingkat konsumsi energi  lebih dari 80%. Sedangkan sebaran keluarga terhadap tingkat konsumsi Protein  secara total seperti dalam gambar 4. Sebanyak 6,7 % keluarga mempunyai tingkat konsumsi protein  kurang dari 70% AKP; 9,3 % keluarga mempunyai tingkat konsumsi protein  antara 70-80% AKP; 84,1 % keluarga mempunyai tingkat konsumsi protein  lebih dari 80% AKP.
Di wilayah pertanian mempunyai tingkat konsumsi energi dan protein terbesar dibanding wilayah lainnya serta perikanan, hal ini dapat dijelaskan bahwa masyarakat yang mengusahakan pertanian mampu menyediakan pangan terutama untuk energi dan protein.


Tabel 5. Sasaran Pola Pangan Harapan (2009 s/d 2015) berdasarkan survey Konsumsi Pangan Kabupaten Gunungkidul  tahun 2011.

No
 Kelompok Pangan
 Skor Pola Pangan Harapan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
 1.
 Padi-padian
17,5
18,7
20,0
21,2
22,5
23,7
25,0
 2.
 Umbi-umbian
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
 3.
 Pangan Hewani
12,8
14,7
16,5
18,4
20,3
22,1
24,0
 4.
 Minyak dan Lemak
4,9
4,9
4,9
4,9
5,0
5,0
5,0
 5.
 Buah/Biji berminyak
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
 6.
 Kacang-kacangan
10,0
10,0
10,0
10,0
10,0
10,0
10,0
 7.
 Gula
1,1
1,3
1,6
1,8
2,0
2,3
2,5
 8.
 Sayur dan Buah
20,4
22,0
23,6
25,2
26,8
28,4
30,0
 9.
 Lain-lain
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0

 Skor PPH
70,1
75,1
80,1
85,1
90,0
95,0
100,0

Tabel 6.  Kontribusi Energi Menurut Kelompok Pangan (%) berdasarkan survey Konsumsi Pangan Kabupaten Gunungkidul  tahun 2011.

No
 Kelompok Pangan
 Kontribusi Energi Menurut Kelompok Pangan (%)
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
 1.
 Padi-padian
34,9
37,4
39,9
42,5
45,0
47,5
50,0
 2.
 Umbi-umbian
6,2
6,2
6,1
6,1
6,1
6,0
6,0
 3.
 Pangan Hewani
6,4
7,3
8,3
9,2
10,1
11,1
12,0
 4.
 Minyak dan Lemak
9,8
9,8
9,9
9,9
9,9
10,0
10,0
 5.
 Buah/Biji berminyak
3,9
3,7
3,6
3,4
3,3
3,1
3,0
 6.
 Kacang-kacangan
13,3
11,9
10,5
9,2
7,8
6,4
5,0
 7.
 Gula
2,2
2,6
3,1
3,6
4,1
4,5
5,0
 8.
 Sayur dan Buah
4,1
4,4
4,7
5,0
5,4
5,7
6,0
 9.
 Lain-lain
-1,1
-0,4
0,3
0,9
1,6
2,3
3,0

 Kecukupan Gizi
79,6
83,0
86,4
89,8
93,2
96,6
100,0

Tabel 7.  Rata-rata Konsumsi Energi Menurut Kelompok Pangan (Kkal/Kapita/hari) berdasarkan survey Konsumsi Pangan Kabupaten Gunungkidul  tahun 2011.

No
 Kelompok Pangan
Rata-rata Konsumsi Energi Menurut Kelompok Pangan (Kkal/Kapita/hari)
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
 1.
 Padi-padian
698,4
748,7
799,0
849,2
899,5
949,7
1000,0
 2.
 Umbi-umbian
124,1
123,4
122,8
122,1
121,4
120,7
120,0
 3.
 Pangan Hewani
128,0
146,7
165,3
184,0
202,7
221,3
240,0
 4.
 Minyak dan Lemak
195,6
196,3
197,1
197,8
198,5
199,3
200,0
 5.
 Buah/Biji berminyak
77,7
74,8
71,8
68,9
65,9
63,0
60,0
 6.
 Kacang-kacangan
266,0
238,4
210,7
183,0
155,3
127,7
100,0
 7.
 Gula
43,2
52,7
62,2
71,6
81,1
90,5
100,0
 8.
 Sayur dan Buah
81,5
88,0
94,4
100,8
107,2
113,6
120,0
 9.
 Lain-lain
-22,3
-8,6
5,1
18,8
32,6
46,3
60,0

 AngkaKecukupan Energi
1592,4
1660,4
1728,3
1796,2
1864,1
1932,1
2000,0







Tabel 8.  Rata-Rata Konsumsi Pangan Menurut Kelompok Pangan PPH (Gram/Kapita/Hari) Kabupaten Gunungkidul  tahun 2011.

No
 Kelompok Pangan
Rata-rata Konsumsi Energi Menurut Kelompok Pangan (Kkal/Kapita/hari)
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
 1.
 Padi-padian
196,4
209,5
222,6
235,7
248,8
261,9
275,0
 2.
 Umbi-umbian
119,8
114,9
109,9
104,9
99,9
95,0
90,0
 3.
 Pangan Hewani
51,5
66,3
81,0
95,8
110,5
125,3
140,0
 4.
 Minyak dan Lemak
97,2
85,2
73,2
61,1
49,1
37,0
25,0
 5.
 Buah/Biji berminyak
627,0
524,2
421,3
318,5
215,7
112,8
10,0
 6.
 Kacang-kacangan
134,9
118,2
101,6
84,9
68,3
51,6
35,0
 7.
 Gula
104,5
92,1
79,6
67,2
54,8
42,4
30,0
 8.
 Sayur dan Buah
-72,3
-21,9
28,5
78,9
129,2
179,6
230,0
 9.
 Lain-lain
5,7
7,3
8,8
10,4
11,9
13,5
15,0

 Total pangn
1264,8
1195,7
1126,6
1057,4
988,3
919,1
850,0

Sasaran pola pangan harapan, kontribusi energi, tingkat konsumsi energi dan rata-rata konsumsi pangan menurut kelompok pangan PPH berdasarkan hasil survey dan  analisis pola pangan harapan di Kabupaten Gunungkidul diprediksikan akan tercapai sesuai ideal pada tahun 2015 seperti terlihat pada tabel 5,6,7 dan 8. Kondisi ideal tersebut dapat tercapai apabila dilakukan  intervensi secara intensif dan berkelanjutan oleh keterpaduan antara pemerintah, masyarakat dan swasta. 


 

III.             PENUTUP

  1. Kesimpulan
Pola konsumsi pangan  masyarakat Kabupaten Gunungkidul belum terdiversifikasi sempurna baik untuk konsumsi pangan keseluruhan maupun untuk pangan pokok. Diversifikasi konsumsi pangan pada hakekatnya tidak hanya hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga sebagai upaya perbaikan gizi masyarakat untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi dan juga meningkatkan ketahanaan pangan.
 Hasil analisis Pola Pangan Harapan Kabupaten Gunungkidul tahun 2011 menunjukkan bahwa masih dibawah PPH ideal (skor maksima 100) yaitu dengan skor rata-rata  80,1 dengan rincian : wilayah pertanian sebesar 81,6; wilayah lainnya 78,9 dan wilayah perikanan 78,4.
-        Konsumsi energi masih di bawah standar namun protein telah mencukupi (hanya wilayah pertanian yang sedikit di bawah standar).
-        Terdapat 3 kelompok pangan yang melebihi standar AKE, yaitu umbi-umbian, buah/biji berminyak, kacang-kacangan.
-        Terdapat 5 kelompok pangan yang masih di bawah standar AKE, yaitu padi-padian, pangan hewani, minyak & lemak, gula serta sayur & buah (Perlu ditingkatkan konsumsinya agar tercapai peningkatan skor Pola Pangan Harrapan)
-         



  1. Saran
1.      Untuk Meningkatkan pola konsumsi yang beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) dan menuju skor Pola Pangan Harapan yang mendekati ideal maka diperlukan program dan aksi yang nyata dari berbagai pemangku kepentingan, (stakeholder) yang didukung dengan anggaran baik APBD maupun APBN.
2.      Untuk mendapatkan hasil yang mendekati kenyataan harus dilakukan survey secara lebih mendalam dengan memperhatikan kaidah survey secara statistik.
3.      Dengan keadaan hasil survey PPH yang masih belum memenuhi target secara nasional maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mengejar target tersebut sesuai kapasitas masing-masing secara terkoordinasi.
4.      Dukungan propinsi agar lebih ditingkatkan lagi baik kuantitas dan kulaitasnya ke Kabupaten  Gunungkidul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar