Minggu, 16 Desember 2018

PUTHULKU



PENANGKAPAN PUTHUL UNTUK GAYA HIDUP LEBIH SEHAT
Gunungkidul  Desember 2018

Assalamualaikum wr wb
Semoga kita  selalu dalam lindungan Alloh SWT dan selalu pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan ke[pada kita semua.  Saya akan menuliskan tentang Puthul dengan  beberapa cuplikan tulisan terdahulu dan perhitungan dengan  asumsi beserta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Gunungkidul dengan berbagai pengalaman pribadi saya sebagai penikmat Puthul.

Hama uret yang paling merugikan pada fase larva karena pada fase ini aktif  menyerang perakaran tanaman padi. Gejala serangan yang ditimbulkan hama uret yaitu tanaman padi kelihatan layu dan tanaman mudah dicabut karena sebagian atau seluruh akar dimakan.
Hama uret merupakan Famili Scarabaeidae Sub Famili Melolonthinae dari ordo Coleoptera yang mempunyai siklus hidup sempurna (metamorfose sempurna) dari telur, larva (uret), kepompong dan serangga dewasa/kumbang (puthul).
Salah satu spesies uret yaitu Phyllophaga helleri (puthul, katimumul -Jabar):
Imago mempunyai panjang tubuh 1,2 – 1,4 cm. Warna merah coklat. Jumlah telur antara 15 – 60 butir.  Fase Uret ada pada kedalaman 5 – 20 cm. Telur menetas menjadi uret bersamaan dengan perkecambahan Padi  Gogo. Uret muda memakan  humus. Merusak tanaman Padi, Jagung, Kacang Tanah,  Cabe dan tanaman budidaya lainnya.

SIKLUS HIDUP URET


Puthul meletakkan telur ke tanah pada kedalaman 5 - 20 Cm  (1 – 2 minggu) dengan ukuran kecil berwarna putih bening. Telur diletakkan pada tempat yang sesuai dengan kebutuhan uret sehingga uret dapat berkembang dengan baik, yaitu tempat yang banyak mengandung bahan organik, banyak seresah dan tanah yang remah. Telur menetas dalam waktu 1- 2 minggu.
Fase Uret (4 – 6 bulan)sangat merugikan karena aktif merusak akar tanaman. Setelah telur menetas, uret kecil mulai aktif makan bahan organik atau seresah selama 1 - 2 minggu. Uret mulai menyerang akar tanaman padi pada umur 2 minggu sehingga tanaman layu. Saat aktif menyerang, uret ada pada posisi bagian punggung di bawah dan dalam keadaan tidak aktif posisi punggung uret di bagian atas. Setelah umur cukup, uret menuju kedalaman tanah kurang lebih 10-30 Cm dan biasanya ditemukan pada pinggiran pematang. Lamanya uret dalam tanah, berkisar kurang lebih 4 - 6 bulan. Bila situasi tidak menguntungkan misal suhu tidak sesuai atau sangat kering, uret dapat mengalami proses inaktif yang disebut berdiapause. Uret merusak  dengan cara memakan bagian akar, pangkal batang pada saat fase vegegatif tanaman karena tanaman masih empuk.Tanaman yang terserang memperlihatkan gejala kelayuan pada tanaman dan  mudah dicabut karena akar sebagai penahan telah dimakan uret.

Biasanya kepompong (2 bulan) dapat ditemukan pada saat musim tanam berikutnya di dalam tanah pada kedalaman 15-30 Cm. Kepompong dapat bertahan dalam tanah sampai umur 2 bulan. Setelah adanya kelembaban yang cukup, larva inaktif dan kepompong akan berkembang menjadi puthul.

Puthul akan muncul (selama 1 bulan) pada kondisi kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan kepompong. Kondisi kepompong belum aktif dapat ditemukan pada tanah kedalaman 20-30 Cm. Pada kondisi kelembaban yang cukup, kepompong akan berubah menjadi puthul sehingga pada hujan pertama dengan curah hujan yang cukup lembab, puthul akan keluar untuk terbang mencari pasangannya untuk kawin. Pada musim penghujan pertama, merupakan pesta-pora bagi hama puthul untuk kawin, setelah itu meletakkan telur pada tanah-tanah yang gembur. Umumnya umur puthul kurang lebih 30 hari dan biasanya aktif pada malam hari antara pukul 18.00-20.00.


                                          Siklus hidup Uret

CARA PENGENDALIAN
Prinsip dalam pengendalian hama uret dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memadukan berbagai teknik pengendalian yang disesuaikan kondisi setempat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, ekologis,ekonomis dan sosial dengan cara:
1.      Pengolahan Tanah
Melakukan pengolahan tanah dengan kedalaman 30 Cm sehingga larva yang berdiapause dan kepompong dapat keluar,dikumpulkan serta dimusnahkan sehingga akan mengurangi populasi hama uret. Di samping itu hama uret akan terkena alat pengolah lahan dan kena sinar matahari sehingga akan mati.

2.      Penggenagan
 Melakukan penggenangan lahan persawahan pada saat banyak hujan dengan membuat pematang untuk menampung air yang ada pada persawahan. Dengan adanya air di persawahan, uret di dalam tanah akan mati. Di samping itu pada lahan persawahan ditaburi kapur.
3.      Budidaya yang baik
Melakukan budidaya tanaman yang sehat dengan pemupukan mengandung unsur N,P dan K sehingga kondisi tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian ketahanan tanaman akan kuat sehingga kurang disukai uret.
4.      Menggunakan agensia Hayati
Menggunakan agensia hayati Metharizium sp. untuk mengendalikan uret yang terdapat dalam tanah.

5.      Penggunaan Pestisida konvensional
Penggunaan pestisida yang biasa digunakan salah satu contoh adalah Karbofuran (Penulis tidak menganjurkan untuk digunakan )
Pernahkah anda menggunakan karbofuran?
Jika furadan?
Furadan biasanya digunakan untuk mengantisipasi tanaman yang terserang serangga seperti semut, uret dan nematoda lainnya. Semut yang membentuk koloni dan sarang biasanya membuat daun menjadi keriput dan tanaman tampak tidak sehat. Penanggulangannya biasa dilakukan dengan menaburi furadan di sekitar akar tanaman. Lalu, apa hubungan Furadan dan karbofuran? Karbofuran adalah salah satu pestisida karbamat (pestisida yang mengandung gugus karbonat) yang sangat beracun, karbofuran juga biasa di kenal dengan nama furadan.


Karbofuran ini digunakan untuk mengendalikan serangga di berbagai tanaman dalam pertanian seperti  padi, jagung, dan kedelai.
Karbofuran ini digolongkan kedalam insektisida sistemik, yang maksudnya insektisida ini diserap melalui akar tumbuhan kemudian didistribusikan ke seluruh organ tumbuhan di mana konsentrasi insektisida tercapai. Karbofuran juga memiliki aktivitas kontak terhadap hama. Namun, ternyata karbofuran ini sulit terurai d dalam tanah dan sifat racunnya tetap berbahaya. Bahkan, cacing yang memakan serpihan daun yang masih mengandung karbofuran pun ikut mati. Lebih bahayanya lagi, jika termakan oleh manusia bisa terakumulasi menyebabkan kanker.

6.      Penangkapan Masal  (Nyuluh Puthul)
Penangkapan massal dimulai saat musim penghujan pertama yaitu pada kondisi kelembaban yang cukup untuk perkembangan kepompong menjadi puthul. Penangkapan puthul (nyuluh Puthul) dilakukan sekitar pukul 17.45 s/d 18.15  saat itu puthul mulaii keluar dan kawin (berpasangan) menempel di berbagai tanaman di sekitar sumber puthul berada. Menurut pengalaman Puthul banyak terdapat di sekitaran sungai, sawah dan telaga yang pada saat musim kemarau di lokasi-lokasi tersebut masih ada tanaman yang hijau seperti rumput pematang, rumput gajah dan tanaman lainnya.
Nyuluh puthul saat jam yang tepat (18.45-18.15) akan dapat menangkap lebih banyak karena purhul keluar dari persembumyiaannya biasanya mengumpul berpasangan di seputaran lokasi tersebut dengan waktu yang singkat sekitar 15 – 30 menit (nempel pada bagian tanaman apa saja pada ketinggian 50 cm s/d 2 meter), setelah itu puthul akan  pisah dan terbang menjauh dari lokasi untuk makan di dedaunan yang disukai (Tayuman, pohon pisang, jambu mete dll pada ketinggian 1 s/d 3 meter)dan pagin hari akan bersembunyi kembali di tanah.
Hasil tangkapan Puthul diolah dengan digoreng dengan bumbu sesuai selera dan dimakan bersama nasi atau pun bisa untuk camilan teman wedangan kopi atau teh.
di samping dapat juga dipergunakan sebagai makanan. Cara tersebut sangat efektif dan efisien dalam mengendalikan hama uret karena murah dalam pengendalian dan puthul yang tertangkap sangat banyak.



PEMBAHASAN

Beberapa jenis Pengendalian yang disebutkan di atas antara laim :
1.       Pengolahan tanah di Gunungkidul sudah biasa dilakukan tetapi perlu pengendalian yang lainnya,
2.       Penggenangan air untuk sebagian besar di wilayah gunungkidul adalah lahan kering, hanya bisa dilakukan pada lahan persawahan atau pada lahan kering dengan curah hujan yang memadahi dan perlakuan ini hanya berlaku untuk tanaman padi, sedang tanaman yang lain seperti jagung, kedele dan hortikultura tidak bisa diterapkan.
3.       Penerapan prinsip budidaya yang baikl (Good Agricultural Practices)
4.       Pembuatan agensia hayati memerlukan ketrampilan dan keahlian khusus yang harus dimiliki petani.
5.       Penggunaan Insektisida kimia saat ini sesuai tuntutan perkembangan gaya hidup yang lebih sehat harus dikurangi.
6.       Penangkapan Puthul (Nyuluh Puthul)
Dari hasil survey kasar yang dilakukan oleh penulis, gerakan nyuluh puthul yang dilakukan selama musim hujan ini berlangsung sekitar 20 hari melibatkan kurang lebih 50 orang (tempat berpencar) pada seputaran lahan sekitar 100 hektar  dapat menangkap puthul stengah s/d satu botol air mineral 1 liter dengan perkiraan isi 500-1000 ekor puthul .
Apabila dihitung rata-rata puthul yang tertangkap selama 20 hari oleh 50 orang maka puthul akan tertangkap sekitar : (20 x 50 x (500+1000)   = 750.000 ekor puthul
                                                                                        2
Apabila 1 ekor Puthul bertelur sekitar 35 butir maka 50 orang tersebut dapat mengendalikan potensi hama uret sebanyak 35 x 750,000 = 26.250.000 ekor uret.
Satu ekor uret bisa mengganggu sampai mematikan satu rumpun tanaman padi sehingga penangkapan puthul tersebut bisa menekan jumlah uret sebesar 26,25 juta puthul, dan apabilla diasumsikan seluruh uret tersebut menyerang tanaman padi maka 26,25 juta rumpun akan terganggu. Apabila pertanaman padi menggunakan metode jajar legowo 2:1 dengan jarak  tanam 20x10x40 maka per hektar terdapat tanaman padi 330 ribu rumpun, sehingga 26,25 juta rumpuns etara dengan pertanaman padi seluas 79,5 hektar.
Seandainya produktivitas per  hektar padi tersebut menghasilkan 5 ton makan pada lahan 79,5 hektar akan menghasilkan 397,7 ton dan jika diujudkan dalam bentuk uang (Rp.5.000,-/Kg)  à Rp. 1,988.000,000,- (hampir 2 Milyar).


KESIMPULAN

Nyuluh puthul ternyata  dapat mengurangi penggunaan pestisida (menekan biaya) juga dapat menekan pengurangan hasil yang cukup siknifikan à Gila ndak kalo begitu??
Puthul dimakan enak (meski extrim) juga dapat menekan kerugian petani juga. Kecuali itu nyuluh puthul menyenangkan dan sambil berolahraga.

TAHUN DEPAN KITA NYULUH PUTHUL LAGI YA KAWAN !!!!!!

Wassalamualaikum wr wb


Daftar Pustaka
1.  Tjahyadi, Nur. 1999. Hama & Penyakit Tanaman.
2.  Web : http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/akibat-dan-pengendalian-hama-uret.html



Senin, 05 Maret 2018

MENGENANG MUHAMMAD ZAINUDIN


Muhammad Zainudin,  lahir di Guningkidul.     April 1959 Dari pasangan H.  Djunari dengan HJ. Wardinah. Sejak umur satu tahun Zainudin kecil diajak orangtuanya Pak Djunari berjuang dengan mendidik anak-anak di sebuah desa pelosok tepatnya di dusun Ngenep Dadapayu Semanu Kabupaten Gunungkidul. Pada tahun-tahun itu sesuai keadaan perekonomian negara yang sedang carut marut, seorang guru mengajar di beberapa tempat selain di Ngenep yaitu di Cuelo Candirejo dan Petir Rongkop dengan gaji seadanya tidak bisa dijadikan penopang hidup keluarga.  Saat itu ibu Wardinah yang berasal dari kalangan keluarga yang lebih mampu dalam hal pangan karena orang tua ibu Wardinah adalah seorang perangkat desa yang menjabat sebagai kamitua  tentu soal pangan tidak banyak menjadi masalah.  Waktu itu Bpk Djunari sebagai guru muda bersama istri dan anak yang baru berumur 1 tahun diajak merantau (istilah jaman dulu) karena kendaraan waktu itu masih jarang ditemui sehingga dengan jarak kurang lebih 30 an kilometer harus jalan kaki menuju dusun Ngenep tersebut untuk mengajar murid2nya sehimgga waktu itu tinggal di rumah penduduk sekitar (mondok red.).
Waktu itu ibu Wardinah sedang hamil tua untuk calon anak yang nomer dua,  keterbatasan pangan dan hanya dengan modal gaji guru pada waktu itu,  sementara kehidupan di rumah yang ditinggal kan ibu Wardinah lebih mencukupi kebutuhan sehari2 dibanding di ngenep.  Beberapa bulan ini Wardinah bersama Zainudin kecil dan bayi yang masih berada di kandungan bisa bertahan,  namun dengan pertimbangan untuk anak dan bayi dalam kandungan tersebut  ibu Wardinah menggendong Zainudin kecil  diajak pulang ke rumah  tepatnya Dusun Grogol Kecamatan Paliyan tanpa seijin Pak Djunari, karena jika ijin dulu kemungkinan besar tidak akan diijinkan atau disuruh nunggu untuk diantar pulang. Dengan jalan kaki dengan keadaan hamil tua bisa dibayangkan betapa mulia nya perjuangan seorang ibu, menempuh jarak 30 an kilometer dengan bekal seadanya akhirnya sampe di rumah  dengan waktu tempuh seharian. Pak Djunari ditinggal berjuang sendirian di pelosok desa dengan segala keterbatasan.
Zainudin kecil yang seharusnya masih memperoleh manjaan dari orang tua terutama ibu,  harus rela berkurang perhatian nya karena adiknya telah lahir dan dalam kurang dari 11 tahun putra Bapak dan ibu Djunari menjadi  6 oramg.
Zainudin dibesarkan bersama adik-adiknya melalui pendidikan di lingkungan pak Djunari dengan keterbatasan materi.
Ada satu cerita yang selalu membuat terenyuh ketika zainudin kecil duduk di bangku SD kala itu sudah berlatih membantu orang tua untuk ke tegal, hutan untuk sekedar mencari rumput dan pekerjaan2 lainnya. Dan pada suatu saat Zainudin juga berjualan kerupuk dengan cara menjajakan  dari rumah ke rumah dari dusun ke dusun dan saat itu memang kerupuk merupakan makanan yang cukup disukai anak2 namun keadaan orang tua mereka belum tentu mampu untuk memberikan uang sekedar untuk membeli kerupuk,  suatu saat di desa tetangga Zainudin menjajakan kerupuk ada anak2 yang menangis minta dibelikan kerupuk namun nampaknya oramg tua tidak punya uang., dengan nada kesal orangtuanya memarahi Zainudin dan mengusir dengan menakut-nakuti memakai sabit,  waktu itu Zainudin nampak ketakutan dengan berlari sekuat tenaga dan pulang.  Dan untuk selanjutnya tempat tersebut tidak dilewati ketika menjajakan kerupuk. Setiap diceritakan meski penulis telah mendengar berkali-kali tetap saja merasa trenyuh.
Setelah lulus SD Zainudin melanjutkan ke PGA yang kemudian diubah menjadi SMP Muhammadiyah Playen,  selanjutnya sekolah di STM Negri wonosari jurusan bangunan.  Saat sekolah di STM Zainudin sudah dilatih mandiri dengan mondok di Masjid kepek tepatnya di samping rumah bapak Sabardi seorang penjahit ternama waktu itu,  di pondokan (kos gratis)  bersama adiknya Bahron Rosyid masak sendiri dan dari rumah hanya dibekali beras.
Suatu saat penulis juga ingat pesen bapak, kurang lebih pesannya :"  le nok bapak karo ibumu isone nyekolahke kowe kabeh mung tekan SLTA,  bare kui do nyambuto gawe nek arep kuliah do ragato dewe". Setelah lulus STM Zainudin masuk tamtama polisi yang gagah dan tampan dan merupakan kebanggaan adik-adiknya meski Zainudin berpangkat prajurit dua (strip merah satu),  ditugaskan di Polres Cilacap. Zainudin di Cilacap banyak kegiatan dengan pemuda dan pengajian remaja dan waktu itu beliau adalah jago baca Al-Quran sering mengikuti MTQ tingkat kabupaten dan propinsi jawa tengah meski di tingkat propinsi blm pernah juara,  meski seorang anggota polisi beliau kegiatan utama yang ditekuni adalah memperdalam ilmu agama sesuai pesen almarhum bapak Djunari disetiap kesempatan kepada putra2nya."  Le-Nok nangdi  wae kowe nang bidang opo wae kowe kudu mewarnai dan menonjolkan dalam hal agama ojo malah melu2 sik ora bener".
Penulis tidak ingat waktu itu gaji beliau berapa yang jelas setiap dimintai apa saja kebutuhan adik-adiknya Zainudin tidak pernah menolak,  hanya dijawab iya dan iya sesuai kemampuan beliau. Zainudin sangat sayang kepada adik-adiknya yang berjumlah 5 orang.
Dari 6 bersaudara Zainudin lah satu2nya yang belum pernah kuliah di perguruan tinggi.
Beberapa tahun kemudian Zainudin menikah dengan seorang perawat di RS Bethesda bernama Tantri Sukmayani Dan dikaruniai 2 orang anak mas Adinta dan Fina.  Setelah pindah ke jogja,  keluarga Zainudin menjadi tumpuhan sodara-sodaranya baik sekolah,  kuliah,  mau daftar polisi dan pekerjaan yang lainnya... Di rumah ketandan itu tidak pernah sepi dari sodaranya bukan saja sodara kandung tapi sodara jauh dan bahkan sodara yang hanya  kenal dan sudah dianganggap sodara. Semua di rumah keluarga Zainudin tinggal gratis dan bahkan makan gratis hanya yang diharapkan dari Zainudin adalah menolong sodara.
Penulis juga ikut dirumah beliau pas kuliah, numpang tidur,  makan dan juga mencukupi kebutuhan  sehari-hari.
Zainudin selalu menyayangi keluarga dan sodara2nya,  saat itu penulis ingat saat disuruh kerumah untuk mengambil uang kesanggupan, setelah sampe di rumah Zainudin minta tunggu sebentar untuk ambilkan uang dengan bersepeda onthel, ternyata ambil uangnya di pasar sepeda dengan menjual sepeda yang dinaikinya tadi dan beliau  pulang naik ojek dengan membawa uang yang dijanjikan tersebut.
Penulis juga ingat ketika Zainudin minta  doa restu akan mengikuti tes dari bintara ke perwira diingatkan oleh almarhum bapak Djunari "  yo le.. oleh melu tes perwira ning bapak ora sarujuk Nek ndadak nganggo model sogok menyogok duit mending rasah perwira ora popo ning ora dosa" .. Zainudin menjawab " nggih pak insyaalloh mboten ngangge model sik koyo ngoten niku modale namung doane bapak" dan benar saja bahwa  Zainudin  lolos jadi perwira tanpa model sogokan.
Pada tahun 2004 sebelum tsunami aceh di kepolisian ada program pengiriman tenaga polisi ke aceh karena waktu itu di Aceh masih sering terjadi konflik dengan GAM,  Zainudin berkeinginan untuk bisa mengikuti program tersebut dan mendaftar sekali tidak lolos karena kesehatan dan mencoba lagi akhirnya lolos dan menjalankan tugas di Aceh selama 9 bulan dan selesai beberapa hari sebelum kejadian tsunami hebat yang menelan banyak korban. Yang menarik bagi penulis salah satu pendorong keberangkatan Zainudin ke Aceh adalah agar bisa meringankan kebutuhan keuangan keluarga karena pada saat itu gajinya habis dipotong Angsuram bank,  dan dengan ikut ke Aceh akan memperoleh tunjangan selama berada tugas di Aceh.
Beliau (Zainudin)  adalah sosok yang ringan tangan (enthengan)  tidak pernah menjawab tidak bisa atau menolak ketika dimintai bantuan keluarga, sodara maupun sahabatnya.  Beliau suka bersilaturahim ke sodara, kerabat dan sahabat.
Saat masih aktif di kepolosian beliau yang menonjol pada diri beliau adalah dakwah dan dakwah,  dan pada suatu saat beliau sakit selama 20 Hari saatenjelang purna tugas,  beliau mempunyai keinginan (nadzar) untuk melaksanakan dakwah keluar. Selama 40 Hari, dan dengan niat yang besar dengan didorong keinginan yang kuat untuk mencari Ridho Alloh SWT maka keinginan beliau terwujud berdakwah selama 40 Hari kw beberaoa daerah antara lain jawa tengah, Batam,  Medan dan daerah-daerah lain beliau singgah. Dan saat 40 Hari terlampau dengan lancar.
Setelah keluar dakwah selama 40 Hari yang terakhir itu sosok Zainudin semakin terlihat bahwa beliau segala kegiatan dalam keseharian hanyalah ibadah dan ibadah....silaturahim dan memberi tauziahke mana2 setiap tempat yang beliau singgahi.  Puasa sunah, baca Al-Quran,  sholat malam merupakan kegiatan yang tidak pernah ditinggalkan beliau. Keluarga terutama istrinya memberikan dukungan penuh terhadap apa yang dilakukan beliau,  bahkan beliau mempunyai niat untuk keluar untuk berdakwah sekaligus mencari ilmu ke negeri JAUH,  Malaysia, India,  Pakistan dll dan terakhir di Makkah sekaligus naik haji.
Saat ibunda di rawat di rumah sakit beliau setia menunggui di rumah sakit kurang lebih selama 10 hari dan juga selalu menyempatkan waktu untuk ibu dan bapak mertua yang semuanya sudah tua dan sakit, dan disela-sela menunggui ibunda beliau selalu baca Al-Quran.
Namun kehendak Alloh memang berbeda seperti apa keinginan kita,  Alloh insyaalloh menyayangi beliau dengan dipanggil lah beliau menghadap Alloh saat orang2 kebanyakan sedang seperti penulis sedang lelap tidur beliau sholat malam subuh berjamaah,  mengisi tauziah dan diakhiri tadarus Al-Quran sampai akhirnya menghadap sang Khaliq (Sabtu pahing, 3 maret 2018)di Madjid Sabilul Huda Ketandan, Banguntapan,  Bantul.
Tujuan penulis insyaalloh bukan untuk RIYA' atau tujuan yang lain,  tujuan menulis ini hanya untuk mengenang beliau dan menjadi pelajaran berharga bagi penulis agar bisa meneladani jejak beliau dalam keistiqomahan dalam beribadah sampai akhir hayatnya.
Penulis dan sodara2 semua pasti mempunyai rasa sedih, haru sekaligus kehilangan beliau yang telah mendahului kita. Namun dalam hati kecil kita juga terbesit rasa bahagia bahwa beliau menghadap Alloh selagi beliau dalam keadaan suci dan sedang beribadah.
Penulis percaya bahwa kematian hanya Alloh semata yang tahu,  penyakit,  penderitaan serta kesakitan bukanlah menjadi tolok ukur kapan kita akan di panggil menghadap Ilahi.
Penulis mohon kepada sodara2 ku yang membaca tulisan ini, apabila ada kesalahan dalam saya menulis semata-mata karena daya ingat saya yang terbatas dan juga yang penulis alami dan amati terhadap beliau kakanda Alimarhum  Muhammad Zainudin, dan masih banyak lagi kenangan-kenangan yang indah,bahagia dan haru bersama beliau yang tidak sempat penulis tuangkan dalam tulisan ini.
Akhirnya marilah sejenak merenung dan berdoa semoga kita dapat mentauladani beliau dan semoga belau khusnul khotimah.... Aamiin yarrabal alamiin...

Yogyakarta 3-5 Maret 2018